You are here: Home > i-planner > Bikin List Shopping Saat banjir Diskon

Bikin List Shopping Saat banjir Diskon

10-Dec-15

     DISKON. Kegembiraan yang mengikuti
kata tersebut mungkin sama besarnya saat
membaca kata sale. Siapa sih yang gak suka
belanja ketika diskon atau sale besarbesaran.
Apalagi, mulai hari ini (10/12) hinga
Sabtu (12/12), berbagai situs belanja online
menggelar pesta belanja heboh bertajuk
Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas).

Pada event Harbolnas 2015, sejumlah
e-commerce memberikan diskon gila-gilaan
sampai 99 persen. Bisa jadi, saat membuka
situs belanja online, diskon yang gede
langsung membuat shoppers kalap dengan
memborong banyak barang. Bahkan sampai
membeli produk yang tidak dibutuhkan
hanya karena harganya supermurah.

Perencana keuangan Fauziah Arsiyanti
menyatakan, fenomena kalap belanja saat
ada diskon merupakan hal lumrah. Meski
demikian, ada beberapa cara agar tidak
kebablasan belanja banyak.

Teori pertama adalah membuat list barang
yang dibutuhkan sebelum mulai belanja.
Jadi, saat membayar, shopper hanya membeli
barang-barang yang diperlukan. ’’Secara
teori memang harus menentukan barang
apa saja yang perlu dibeli. Yang sulit adalah
berkomitmen dengan list itu,’’ kata financial
advisor dari PT Fahima Advisory tersebut.

Apalagi saat event diskon. Pembeli
cenderung browsing-browsing produk. Cara itu
membuat seseorang mudah tergoda untuk
membeli item lainnya. ’’Sesekali beli tidak
masalah. Sebab, keinginan untuk belanja harus
tetap disalurkan. Jangan terlalu ketat juga.
Sebab, kalau terlalu ketat, giliran dilepas malah
blar! Gak terkontrol belanjanya,’’ paparnya.

Hal lain yang harus dilakukan berbarengan
saat menyusun list adalah mengecek harga
barang sebelum dan sesudah sale. Tujuannya,
membandingkan harga barang sesudah
harga sale. Tidak dinaikan lebih dulu,
kemudian diklaim ada diskonnya. Jangan lupa
memastikan kualitas barang. Produk yang
didiskon sering kali yang tidak laku.

Tip tersebut sebenarnya sudah diketahui
setiap shopper. Jadi, yang terpenting itu
mindset untuk tertib menggunakan bujet
sesuai dengan pos masing-masing. Agar
mengatur pos anggaran lebih mudah,
shopper bisa memanfaatkan wallet planner
atau dompet yang terbagi atas lima
kompartemen penyimpanan uang.
Pembagiannya meliputi keperluan dapur,
kebutuhan sekolah, tabungan, amal atau
kegiatan sosial, dan belanja. Pos pembagian
tersebut tentu akan berbeda-beda,
bergantung kebutuhan setiap orang.

’’Persentase masing-masing pos berapa?
Kembali lagi bergantung pada masingmasing
orang. Sebab, pada dasarnya, belanja
itu kan yang diuntungkan diri sendiri. Yang
terpenting ada posnya,’’ tegas Fauziah.

Dengan wallet planner, setidaknya akan lebih
terlihat jika anggaran untuk belanja sudah
melebihi batas. Kecenderungan lainnya, ketika
pos anggaran untuk belanja sudah habis,
mengambil bujet dari pos anggaran lain atau
gesek kartu kredit. Nah, ketika anggaran belanja
diambil dari pos lain, akan lebih aware bahwa
ada bujet yang berkurang untuk pos lain.

Misalnya, pos anggaran untuk sekolah atau
les anak yang jadi berkurang. Jadi,
konsekuensinya lebih terlihat. ’’Ketika ngambil
dari pos satu ke yang lain sebenarnya kan kita
sedang mengurangi pos lain. Dia mindahin itu
dan sebenarnya siapa sih yang ditipu? Ya diri
sendiri,’’ ungkap Fauziah.

Karena itu, wallet planner dapat dijadikan
alat reminder untuk diri sendiri ketika belanja
menggunakan pos lain. Dengan begitu,
mindset untuk tertib belanja sesuai dengan
setiap pos anggaran secara bertahap akan
terbentuk. ’’Itu kan proses ya. Kita tidak
terlalu mengerem belanja, tetapi disesuaikan
saja. Proses dari masing-masing orang untuk
tercipta mindset seperti itu tentu beda-beda,’’
jelas Fauziah. (swn/c15/aan)

Leave a Reply

Spam Protection by WP-SpamFree